Menulislah! Menulislah dengan nama Tuhanmu!


Saya ingin menceritakan sebuah kisah. Pernah, ada tetangga saya yang meninggal dunia. Keluarganya tampak sangat berduka sampai bberapa minggu. Teman-temannya, guru-gurunya, semuanya merasa sangat kehilangan. Setelah beberapa lama, keadaan kembali seperti semula. Aktivitas kembali seperti biasanya. Semua tampak tidak berubah. Orang yang meninggal tadi seakan memang tidak pernah ada.

Tetapi, ada lagi orang lain yang meninggal dunia. Saat ia meninggal, pemakaman menjadi sangat sesak dipunuhi banyak orang. Tetapi namanya tetap dikenang, bahkan sampai berabad-abad setelah ia pergi. Ilmu-ilmunya dipelajari banyak orang. Gagasan dan ide-idenya banyak diperbincangkan kaum terpelajar. Meskipun ia sudat telah lama meninggal dunia, tetapi seakan ia tidak pernah mati. Namanya tetap terukir di memori setiap orang.

Apa yang menyebabkan perbedaan yang sangat kontras ini? Coba kita renungkan. Ini semua sangat terkait dengan apa yang seseorang wariskan untuk dunia. Karya-karya apa yang ia tinggalkan. Warisan berharga apa yang ia beri. Orang-orang besar yang selalu dikenang karena mereka meninggalkan karya nyata yang bermanfaat. Perubahan-perubahan yang baik. Dan membuat dunia menjadi lebih indah. Benar adanya, karya adalah dokumentasi bahwa kita pernah ada. Coba bayangkan, bila Al-Ghazali tidak pernah menulis buku? Apakah namanya akan tetap dikenal sampai kini? Apakah gagasan briliannya yang terukir dalam kitab Ihya Ulumuddin yang fenomenal akan tetap dijadikan bahan diskusi oleh banyak orang sampai kini?

Ingatlah kawan, bahwa seorang muslim ada didunia ini untuk menjadi khalifah. Pemimpin. Pengubah dunia. Seorang muslim harus hidup dengan memberikan banyak manfaat untuk orang lain, untuk umat manusia. Kita adalah pembawa perubahan! Menyebarkan ilmu pengetahuan, dan menjadi pribadi yang membantu banyak orang.

Ingatlah pesan Nabi SAW, “Dua hal yang tiada sesuatupun melebihi keunggulannya, ialah : Iman kepada Allah dan membuat manfaat untuk kaum muslimin.”

Jangan diam dan tidak melakukan apa-apa. Isi hari-hari kita dengan perubahan yang lebih baik. Bergeraklah! Bersegeralah! Melompatlah! Tak apa, bila kamu tidak bisa lincah berlari, tapi melompatlah. Melompatlah dari ujung dunia sampai keujung yang lain, dari sabang sampai merauke, dari pedalaman amazon sampai puncak everest. Lompatlah dengan pikiranmu. Caranya adalah dengan membaca. Wahyu yang diturunkan kepada nabi kita adalah perintah untuk membaca. Iqra! Mukjizat terbesar Nabi kita adalah kitab, sebuah buku. Bacalah! Himpunlah ilmu pengetahuan! Lalu, tuliskan dengan Qalam!

Itu adalah perintah. Itu adalah amanah seoarng muslim. Maka, carilah ilmu. Gapai hakikat kebanaran. Lalu, berikan kebaikan untuk umat manusia. Sebarkan pengetahuan yang kau punya. Berilah manfaat sebanyak-banyaknya.. mulailah menulis!

Lihatlah para legenda ini :

Al-Kindi, Ilmuwan serba bisa aktif menulis buku dan risalah, hingga hayatnya ia telah melahirkan 146 buah karya.

Al-Haitsam menulis lebih dari 200 buku, topiknya bermacam-macam. Yang utama adalah mengenai optic dan matematika.

Ibnu Sina setiap harinya menulis 25 lembar. Setiap harinya, ia mampu menuliskan satu buku kecil.

Jabir Ibn Hayyan, Al-Khawarizmi, Einstein, Stephen Hawking, Hamka, BJ Habibie, Ali Syariati, Al-Afghani.

Al-Thusi, Ibn Zuhr, Al-Afghani, Einstein, Hamka, Moh. Hatta, Moh. Natsir, Ali Syariati, HOS Cokroaminoto, John Maxwell, Guten Grass, M. Syafei Antonio, Johann Wolfgang Von Goethe, Stehpen Hawking.. meraka mewariskan lusinan karya-karya yang bernilai manfaat bagi umat manusia.

Jangan pernah remehkan kekuatan sebuah kata-kata dan tulisan, para pewaris tulisan inilah yang menjadi pemugar dunia sehingga menjadi tempat yang lebih baik, terang, dan penuh dengan warna. Pemikiran mereka menjadi fondasi yang mendasari kemajuan dunia, menjadi pilar yang menopang kemanusiaan, dan langit-langit dunia telah mereka tinggikan agar imajinasi kita tidak terkukung rendah dibawah atap rumah. Itulah kekuatan kata-kata.

Karena mereka menulis dengan kekuatan jiwa. Mereka berkarya karena rasa kepedulian. Mereka menyebarkan kebenaran untuk kebaikan manusia. Mereka meggoreskan tinta dengan niat yang tulus, visi yang mulia, dan komitmen yang teguh. Mereka punya idealisme. Ada yang mereka perjuangkan.


Bagaimana memulainya?


Yang ingin pertama saya katakan adalah, jangan memulai suatu kegiatan atau kebiasaan tanpa mengatur dan menata pikiran kita. Tanyakan pada diri sendiri, untuk apa saya melakukan ini? Apa motivasi saya? Ingat, kualitas amal itu tergantung niatnya, bila niatnya baik baiklah seluruh amalnya. Bila niatnya buruk maka buruklah seluruh amalnya. Begitu juga menulis.

Eka Budianta membagi penulis menajdi lima kelompok. Pertama, penulis yang menulis dengan asal. Ia tidak peduli makna dan akibat dari tulisannya. Ia menulis hanya untuk amin-main. Karena tulisannya akan nikmat bila dibaca dirinya sendiri.

Yang kedua adalah “Pujangga Kreaton”. Jenis ini adalah pengarang yang dipesan. Biasanya dimiliki oleh para pejabat tinggi, para menteri, atau gubernur.

Yang ketiga adalah “Sastrawan Proyek”. Ia menulis hanya kalau ada proyek, hanya kalau ada lomba. Bisa jadi, motivasi terbesarnya adalah berupa materialistik dan popularitas.

Keempat, adalah penulis professional. Ia menulis karena memang itulah profesinya. Sehari saja ia berhenti menulis, ia akan mati. Contohnya : wartawan, penyiar radio.

Dan yang terakhir adalah, apa yang oleh YB Manguwijaya sebut sebagai “Pengarang Nurani”. Artinya, ia menulis karena panggilan hatinya. Ia menulis untuk menyampai pesan. Ia menulis karena ia mempunyai idealisme.

Sekarang, jenis mana yang kamu sukai?

Apapun pilihannya, menulislah untuk memberi manfaat. Sekecil apapun itu. Walaupun untuk keluarga, teman, atau sahabat. Walau kelihatannya manfaat itu sangat sepele. Berikan manfaat saat kamu menulis, walau itu hanya sebesar butiran pasir.

Rasulullah pernah bersabda, “sampaikanlah padaku walau satu ayat.”


Menata Pikiran


Dalam tulisan ini, saya tidak menjelaskan teknik-teknik penulisan. Saya tidak memberikan tips-tips menulis, seperti yang banyak tersedia di toko-toko buku. Selain saya juga masih belajar, ini juga karena bagi saya, yang terpenting dan yang harus kita cermati sebelum menulis adalah menata pikiran dan mengevaluasi niat. Bila niat itu tulus dan ikhlas, serta bernilai kebaikan.. walaupun secara teknis kita belum menguasai tata penulisan yang baik, insyaAllah kata-kata akan selalu mengalir. Karena sudah terpatri didalam diri kekuatan jiwa yang sangat kuat. Inilah yang biasa dinamakan “Flow”.

Daniel Goleman, dalam Emotional Inttellegence menuturkan bahwa flow adalah keadaan seseorang sepenuhnya terserap kedalam apa yang sedang dikerjakannya. Perhatiannya terfokus pada kegiatan itu. Kesadaran menyatu dengan tindakan.

Dalam Working with Emotional Inttelegence, masih oleh Daniel Goleman, ia memberi tahu cara agar tercipta kondisi “flow”. Yaitu dengan menciptakan keterlibatan psikologis yang kuat.

Itulah kekuatan motivasi. Kekuatan jiwa. Kekuatan sebuah niat.

Sekarang, keputusan ada ditangan kamu.

Kita bisa memulainya dari sekarang. Dari hal-hal kecil. Belajarlah menulis, berlatihlah untuk terus menyempurnakannya. Belajarlah lebih tekun, membacalah lebih banyak. Sebarkan ilmu, belalah nilai-nilai kebanaran. Dan wariskanlah karya-karya berharga. InsyaAllah, bila kita melakukannya dengan ikhlas hidup kita tidak akan sia-sia.

Maka, belajarlah. Menulislah. Kobarkan idealismemu, tunjukannlah kebenaran.

Karena sejarah dunia selalu berpihak pada orang-orang yang mempunyai keprihatinan dan berjuang dengan nilai-nilai idealis, bukan hanya sekadar orang cerdas!

“Sejarah dunia (sesungguhnya) adalah biografi manusia besar”, kata Thomas Carlyre. Lalu siapakah orang besar itu? “Dan aku katakan bahwa manusia besar selalu bertindak seperti halilintar, sementara orang lain hanya menunggu lecutannya.”

Mari kita isi hidup ini dengan banyak kebaikan. Untuk saling menasihati dalam kebenaran. Karena orang-orang mulia adalah orang yang paling banyak memberi manfaat untuk orang lain.

Maka, berlomba-lombalah dalam kebaikan! menulislah! Menulislah dengan nama Tuhanmu!

10 comments:

  1. wah..bener banget tuh, membaca dan menulis memang satu kesatuan, untuk menjadi penulis yang baik harus banyak membaca. dan walaupun saat ini kita masih bisa memulai dengan penulis tipe pertama *tipe menyenangkan diri sendiri* tapi klo banyak baca, pasti bisa jadi penulis tipe no.5. hehe

    salam kenal :)

    ReplyDelete
  2. assalamu'alaikum. wah tulisannya bagus nih, gw minta ya buat dipasang di mading rohis, ehehe, gw cantumin kok sumbernya. syukron banget nih.

    ReplyDelete
  3. ok deh.. makasih ya.. :)

    moga bermanfaat

    ReplyDelete
  4. tulisannya bener2 membangkitkan motivasi,, terkadang org berhenti menulis hanya karena bosan,,, atau mentok pada stu titik,, smg tulisan kmu,, ngsh semngt bwt trus menulis,, jgn nulis yg setngh2..

    ReplyDelete
  5. bukunya udah aku baca. bagus2, padat dan infonya makasih bangeet. kalo sy nulis ta' jadiin bahan referensi yah mas. oia, kita sama2 masuk big5 nominee yah. asik asik ada temen. :D salam kenal anas

    ReplyDelete
  6. Dengan membiasakan menulis, alur tulisan juga akan lebih terstruktur.....tulisan yang menginspirasi.....salam kenal.....dan keep sharing

    ReplyDelete
  7. Dengan membiasakan menulis, alur tulisan juga akan lebih terstruktur.....tulisan yang menginspirasi.....salam kenal.....dan keep sharing

    ReplyDelete
  8. wah..bener banget tuh, membaca dan menulis memang satu kesatuan, untuk menjadi penulis yang baik harus banyak membaca. dan walaupun saat ini kita masih bisa memulai dengan penulis tipe pertama *tipe menyenangkan diri sendiri* tapi klo banyak baca, pasti bisa jadi penulis tipe no.5. hehe

    salam kenal :)

    ReplyDelete