Maaf, minggu kamarin nggak posting karena ada 8 Research Competition di SMAN 8 Jakarta (Lumayan hadiahnya buat perpanjang hosting :p ), jadi agak capek..
Ali adalah seorang anggota di organisasi sekolah, disalah satu sekolah terbaik di kotanya. Dan Ani menganggap Ali tidak bisa mengatur waktu dan menentukan prioritas pekerjaannya, sebab menurut Ani, Ali berat sebelah. Ali terlihat begitu terbengkalai akademisnya di sekolah, dengan alasan melaksanakan amanah di organisasinya. Lalu Ani menasihati Ali dengan membandingkannya dengan seorang kakak kelasnya.
“Lihat tuh A Abi, dia balance antara akademis dan organisasinya. Dia jadi ketua disitu, dan dia juga dapet PMDK disalah satu universitas terkenal.”
Dan Ali yang mendengarnya hanya diam, merasa dirinya payah didepan temannya dan dia tidak punya argumen lain.
Entah kenapa, omongan Ani terdengar lucu bagi saya. Tahu kenapa? Terlalu banyak variabel, terlalu banyak perbedaan. Kita semua berbeda. Kalau saya yang menjadi Ali, mungkin saya akan bilang :
“Wah, berarti standar kita beda. Kalau saya nyari orang yang masih SMA udah bisa nguasasin pemrograman Java dan PHP, dia juga produktif bikin banyak proyek dan tulisan, dia udah punya hak paten untuk karyanya di usia 16 tahun, dan dia balance dengan akademis dan kegiatan di organisasinya. Nah, itulah yang saya cari! Anak seperti ini benar-benar ada, tapi belum di sekolah ini, jadi saya melakukannya dengan cara sendiri.”
Nggak selamanya seseorang yang terlihat lemah di satu bidang benar-benar payah dibidang itu. Bisa jadi karena dia memang membuat pilihan yang berbeda, yang berbeda dengan banyak teman-temannya. Karena dia punya passion yang berbeda.
Jadi, jangan terlalu dini untuk meremehkan orang, karena siapa tahu justru dia adalah anak genius.