Tentang Membuat Karya Seni

Hari ini mungkin jadi salah satu hari yang bersejarah bagi saya. Teman sebangku saya, Avicienna, berhasil membuat saya kaget. Saat waktu-waktu kosong di kelas tadi, yang biasanya diisi dengan pergi ke perpustakaan dan bermain internet.. apa yang dia lakukan? Ia membuka tasnya, mengambil kertas HVS seukuran folio, meminjam pensil, dan menggambar. Ya, menggambar!

Dan saya agak berat mengatakannya, tapi hasil gambarannya memang bagus! Sebenarnya ini yang terjadi : saya iri, karena sampai sekarang menggambar apel saja harus lusinan kali menghapus dan memperbaiki. Hhe..

Saya sendiri, selama ini cukup merasa terlihat seperti seniman.

Untuk apa sekolah itu?

Sepertinya ini pertanyaan yang sederhana, tapi mengingat betapa banyak waktu dan uang yang kita keluarkan untuk sekolah, ia memiliki berbagai jawaban, banyak yang belum dijelajahi, beberapa ada yang kontradiktif. Saya punya beberapa pikiran tentang pendidikan, bagaimana kita menggunakannya untuk memasarkan diri dan berkompetisi, dan saya menyadari bahwa tanpa patokan yang lazim untuk memulai, sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan.

Cara Menunda yang Modern

Hari ini ada momen sederhana tapi cukup berharga untuk dipahami. Pada saat jam istirahat di sekolah tadi, saya dan teman saya Adiguna Bahari sempat berbincang santai hal-hal tentang universitas-universitas hebat kelas dunia. Harvard, Stanford, MIT, dan sebuah universitas di Australia yang namanya saya lupa. Dan saya sempat membicarakan tentang Pranav Mistry, seorang Phd di MIT yang menemukan sebuah teknolgi yang luar biasa jenius, Sixthsense.

Nah, bagaimana mereka yang walaupun begitu masih muda, tapi dapat melahirkan berbagai karya jenius dan membanggakan.

“Pertama, lw harus delete account Facebook lw.. “ kata Adiguna. Sederhana dan pratis sih. Facebook, twiter, dan jejaring sosial lainnya memang telah menjadi alasan baru semua orang untuk terlihat sibuk, untuk menunda pekerjaan-pekerjaan yang lain.

Pemuda Masa Depan

Salam kenal Mas Anas.
Saya isaac, saya mengikuti trus jejak mas Anas disini.
Saya pengen buka channel diskusi dengan mas Anas.
Boleh khan...
Mas, ada satu pertanyaan, apa yang mas Anas lihat internet dimasa yg akan datang, apa yang akan dilakukan oleh anak2x sekarang , soalnya kalau aku lihat, mereka kebanyakan masih sebatas pengguna mula, jarang yg memanfaatkan sebagai media aktualisasi ide. Meski mereka sudah menggunakannya bertahun-tahun....
Syukron.... (Mas Harst, Bekasi)
Pertanyaan yang menarik. Tapi dalam note ini, saya hanya akan membahas substansi dari pertanyaannya. Fenomena yang agak memilukan memang, disaat dunia sudah semakin mudah dan teknologi semakin maju dan murah, kita (termasuk saya) masih menjadi yang biasa-biasa saja. Trend yang ada membuat banyak paradigma pemuda atau yang disebut ABG itu berubah. Semakin sedikit dari mereka yang terlihat memperjuangkan idelisme kepemudaannya. Banyak yang justru lebih memilih berjam-jam didepan kaca merapikan gaya rambutnya daripada duduk membaca buku untuk sekedar mengisi waktu luang. Dan faktanya, kebiasaan untuk mempercantik diri ini sudah bukan hanya diidentikkan pada kaum hawa saja. Lelaki pun semakin tidak mau kalah untuk tampil “seksi”.