Sewaktu masih SMA, gue tahu kalau kuliah itu bakal beda. Tapi
gue nggak tau seperti apa rasanya sampai gue jadi mahasiswa beneran. Buat banyak
orang, terutama freshman, gue yakin
mereka bakal kebayang hal-hal asyik yang bisa mereka lakukan kalau udah kuliah,
dan begitu juga gue. Nggak ada yang melarang lu untuk pulang malem, kalau lu
punya kegiatan atau mau jalan-jalan ke suatu tempat lu bisa lebih bebas karena
24 jam nyaris lu yang ngontrol, ada banyak orang yang bisa lu jadikan teman,
ngajak dosen favorit lu buat ngobrol dan makan siang bareng, perpustakaan yang
lebih besar dan lebih nyaman, sepeda gratis, dan bahkan toilet yang banyak.
Oke, bagian toilet mungkin nggak terlalu keren, tapi ada
beberapa hal unik yang gue pikir tentang kuliah sejauh ini..
Rutinitas Kuliah
Sekarang, gue tahu satu hal tentang masa SMA gue : banyak
melakukan kesalahan. Beneran, gue makin menyadari banyak potensi dan kesempatan
yang gue respon dengan biasa aja, dan.. ternyata gue belajar dengan cara yang
salah juga. Nyesel? Sedikit, tapi bagian terbaiknya adalah gue punya semangat
baru sekarang, gue punya cara baru, dan.. gue punya goal baru.
Gue bangun tidur biasanya sekitar 30 menit sebelum azan
subuh, tapi karena mandi dan pakai baju dan beresin tepat tidur dan solat
tahajjud butuh waktu sekitar 30 menit maka aktivitas beneran gue dimulai
setelah solat subuh. Apa yang gue lakukan setelah itu? Sarapan, dan beli
minuman kalau nggak Nu Green tea biasanya
Nescafe kotak. Itu cukup mebuat menjadi
gue lebih hiperaktif untuk 12 jam kedepan. Setelah itu, gue cari tempat yang
nyaman, nggak terlalu rame, dan bebas dari segala macam distraksi dan nyelesein
to-done-list yang udah gue tulis sebelum tidur. Ini penting karena gue mungkin
ekstrovert, gue senang bekerja sendiri untuk melakukan hal-hal yang butuh
konsentrasi, dan gue bisa lebih produktif di tempat yang nyaman dan terisolasi
seperti di perpustakaan masjid, di koridor gedung yang menghadap ke pohon-pohon
atau perpustakaan pusat.
Setelah itu, aktivitas gue nyaris benar-benar padet sampai
jam 8 atau 9 malem. Karena di atas jam segitu gue punya aturan : istirahat! Artinya,
tugas-tugas dan belajar bahan kuliah selesai sebelum gue makan malem. Itu singkatnya,
menyenangkan? Memang ga semua hari-hari gue seperti itu, dan ada juga “hard day”
yang memang gue rencanakan sampai bahkan tidur jam 1 pagi. Tapi template-nya sih begitu. Menurut gue ini
menantang dan menyenangkan. Gue selesaikan tugas-tugas dan belajar gue sebelum
makan malem dan gue bisa ngelakuin aktivitas lain yang gue suka seperti baca
buku atau ngoprek project-project open
source orang, nonton film, maen ping pong atau ngobrol-ngorol sama tetangga
kamar gue dengan tenang. Ini yang gue usahain : Work hard, play hard.
Bedanya Perpustakaan dengan Asrama
Ada perbadaan penting yang gue rasa harus semua orang tahu,
antara asrama dan perpustakaan.
Asrama dibuat untuk
meminimalkan produktifitas lu, dan perpustakaan dibuat untuk memaksimalkan
produktifitas lu.
Itu menurut gue, tapi gue rasa ini benar adanya. Di asrama
setiap saat ada orang yang masuk dan keluar, ada suara anak-anak nyanyi sambil
mandi, suara teriakan nonton bola atau main game, dan selalu ada orang yang
ngajak lu ngobrol atau lu sendiri yang tertarik dengerin obrolan orang. Kalau tempat
ini adalah tempat gue malakukan aktivitas-aktivitas serius, buat gue sulit
untuk bisa bertahan. Waktu yang gue gunakan bisa banyak, tapi intensity of focus-nya minimal. Orang-orang
yang bisa bertahan dan menyelesaikan semua kerjaan seriusnya ditempat ini, dia
orang sakti.
Sementara itu, perpustakaan didesain memang untuk membuat lu
nyaman dan produktif. Semua orang yang ada disana hampir melakukan hal yang
sama : kalau nggak belajar ya baca buku. Dengan suasana seperti ini gue rasa
setidaknya ada dua manfaat : lu bisa lebih fokus dan lu nggak merasa antisosial
karena disekitar lu juga ada banyak orang. Bedanya dengan asrama, mereka
melakukan hal yang se-fase dengan yang lu lakukan.
Gue bukannya menjauh dari kehidupan sosial di asrama. Gue bisa
bilang, asrama itu tempat paling mudah dan paling potensial untuk ngerasain
hidup bersosialisasi, tapi nggak sebelumgue menyelesaikan pekerjaan gue dulu.
Secret Project
Menjalani tugas sebagai mahasiswa memang selalu ada hal
baru. Topik kuliah baru dan bertumpuk tugas-tugas baru. Tapi gue rasa ada yang
masih kurang kalau kita nggak punya project sendiri. Project rahasia pribadi,
yang kalau kita udah tujukin hasilnya bakal bikin orang bilang, “Wow! Gimana caranya lu bisa ngelakuin itu?!”
atau seenggaknya yang bisa bikin lu sendiri bilang, “Wow, that’s pretty cool!”.
Selalu ada hal menarik yang bisa kita pelajari saat
melakukan project-project ini. Ilmu baru, pengalaman baru, ketemu orang-orang
baru, diskusi dengan orang-orang keren dan yang terpenting… ngebuat hari-hari di
kampus menjadi lebih menantang. Karena ada hal yang lu mau selesaikan. Ada hal
yang mau lu buat. Dan nggak ada yang bikin lu tergila-gila selain ketika
melihat hasil kerja keras lu terlihat membanggakan.
The Einstein Principle : Art of Finishing
Antara tahun 1912 sampai 1915, adalah saat Albert Einstein
benar-benar fokus. Teori relativitas dan kuantisasi cahaya, dan topik-topik
lainnya lahir pada masa-masa ini. Einstein meninggalkan Kantor Paten-nya di
Swiss, dan, setelah jadi professor di Jerman dan Prauge, akhirnya berlabuh di
Switzerland’s ETH Institute.
Sesampai di sana, ia bertemu matematika Marcel Grossman dan
menjadi yakin kalau ia menerapkan matematika non-euclidean baru yang dipelajari
oleh Grossman untuk kerjaannya sendiri tentang relativitas, ia bisa
menggeneralisasi teori untuk menjelaskan gravitasi. Ini sesuatu yang besar,
yang bisa menjungkir balikkan salah satu hukum paling terkenal dalam sejarah
sains.
Einstein mulai
bekerja.
Antara 1912-1915, ia menjadi semakin terobsesi dan terdorong
untuk meresmikan relativitas umum. Seperti diungkapkan oleh beberapa sumber,
termasuk surat-suratnya yang baru-baru dirilis, ia bekerja sangat keras sampai-sampai
pernikahannya menjadi tegang dan rambutnya berubah menjadi putih karena..
stress (?).
Tapi, Einstein berhasil menyelesaikannya. Di tahun 1915 ia
mempublikasikan teori lengkapnya. Itu menjadi salah satu pencapaian terbesar
dalam sejarah sains abad 20.
Pelajarannya : (1) Kalau
mau benar-benar cukup baik dalam sesuatu, fokus hanya dalam satu hal. Punya
ekstrakurikuler dan organisasi yang banyak mungkin terlihat menyenangkan, tapi
sebenarnya nggak karena yang ada malah stress. (2) Kalau punya target dan udah merencanakannya, jangan berhenti ditengah
jalan. Selesaikan!
Mudah? memang nggak, tapi gue pikir ini menarik.
Itu ceritaku, mana ceritamu?
PS : Masih ada College Chronicles di posting berikutnya. Stay tuned.. hehe..